BerbagiKabar.com|JAKARTA - Dalam sebulan terakhir, harga Ethereum naik lebih dari 60%, mendekati Rp 61,9 juta, tertinggi sejak Januari. Meski begitu, Ethereum belum menyentuh level tertingginya di tahun 2021 yang sempat menembus Rp 75 juta.
Tidak cuma Bitcoin (BTC), kini sejumlah perusahaan mulai memasukkan Ethereum (ETH) ke dalam neraca keuangan mereka sebagai bentuk investasi.Ethereum dianggap sebagai cara untuk memperoleh eksposur terhadap teknologi dasar di balik keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan dunia aset digital yang terus berkembang.
Mengutip Yahoo Finance, Selasa (22/7/2025), langkah ini masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan kripto berskala kecil. Salah satunya adalah BitMine Immersion Technologies (BMNR), yang dipimpin oleh Tom Lee dari Fundstrat.
Namun, ada juga nama besar seperti Coinbase Global (COIN) — perusahaan induk dari platform perdagangan kripto Coinbase — yang tercatat memiliki aset kripto senilai lebih dari USD 440 juta atau sekitar Rp 7,17 triliun (kurs Rp 16.290 per USD) berdasarkan data CoinGecko.
Dalam sebuah posting blog pada 2021, Coinbase menyatakan diri sebagai perusahaan publik pertama yang menyimpan Ethereum dan aset kripto lainnya selain Bitcoin.
"Kami percaya, di masa depan, semakin banyak perusahaan yang akan menyimpan aset kripto di neraca mereka," tulis mereka.
Disclaimer:Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Dalam sebulan terakhir, harga Ethereum naik lebih dari 60%, mendekati Rp 61,9 juta, tertinggi sejak Januari. Meski begitu, Ethereum belum menyentuh level tertingginya di tahun 2021 yang sempat menembus Rp 75 juta.
Sebagai kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, Ethereum memiliki fungsi unik. Ia memungkinkan pengembang untuk membuat aplikasi atau kontrak pintar (smart contract) yang berjalan langsung di jaringan blockchain-nya, tanpa perantara seperti bank.
Saat ini, Ethereum menguasai lebih dari 51% pasar sebagai infrastruktur utama untuk transaksi digital langsung antara pelaku usaha dan konsumen.
"Ethereum memungkinkan siapa pun — mulai dari proyek kripto, pabrik, seniman, hingga influencer — untuk menciptakan token dan membangun komunitas mereka sendiri," ujar Ray Youssef, CEO pasar kripto NoOnes, kepada Yahoo Finance.
Menurut Youssef, konsep tokenisasi inilah yang menjadi "aplikasi killer" Ethereum, dan bahkan ia menyebut bahwa "Ethereum mungkin punya lebih banyak kegunaan dibandingkan Bitcoin."
Keyakinan terhadap masa depan Ethereum membuat beberapa perusahaan seperti BitMine dan SharpLink Gaming mulai mencari pendanaan untuk membeli ETH. Strategi ini mirip dengan langkah perusahaan seperti MicroStrategy (MSTR) yang mengumpulkan Bitcoin sebagai bagian dari aset perusahaan.
Namun, seperti Bitcoin, investasi ini tetap berisiko karena harga kripto sangat fluktuatif. Ethereum sempat anjlok tajam pada April lalu saat pengumuman kebijakan "Hari Pembebasan Pajak" dari Presiden Trump membuat pasar terguncang. Sepanjang tahun ini, pengembalian investasi Ethereum masih di angka 14%, tertinggal dari Bitcoin yang mencatatkan kenaikan 26%.